PUE 1.0: Apakah Dapat Dicapai oleh Industri Data Center Indonesia atau Hanya Mimpi?

Industri data center adalah salah satu konsumen energi terbesar di dunia, menggunakan sekitar 2% dari total energi global. Beralih ke green data center dapat membantu mengurangi emisi karbon, mendukung tiga pilar utama: Sustainability, Environment, dan Efficiency.

Tantangan Menuju Green Data Center di Indonesia

Dalam Podcast Nusantara Episode 1A, Bapak Dondy menyampaikan bahwa transisi menuju green energy di Indonesia cukup sulit. Meskipun ada alternatif seperti penggunaan gas, namun sumber ini tidak berkelanjutan sehingga kembali bergantung pada listrik. Selain itu, meskipun Indonesia memiliki sumber daya geothermal, lokasinya yang jauh dari kota-kota besar menimbulkan tantangan dalam hal konektivitas.

Power Usage Effectiveness (PUE)

Power Usage Effectiveness (PUE) adalah metrik penting dalam industri data center yang mengukur efisiensi energi. PUE 1.0, yang menunjukkan efisiensi sempurna, sering dianggap sebagai tujuan yang hampir mustahil dicapai, terutama di negara dengan iklim tropis seperti Indonesia. Di negara dengan iklim dingin, seperti di kawasan empat musim, mencapai PUE yang lebih rendah lebih mudah karena kebutuhan pendinginan yang lebih rendah.

Implikasi PUE dan Tantangannya di Indonesia

Mencapai PUE 1.0 dalam industri data center dianggap sebagai utopia. Secara teknis, mungkin saja dicapai, namun secara praktis, terutama di wilayah tropis, hal ini menjadi mimpi yang sulit diwujudkan. Data center di iklim yang lebih dingin dapat mencapai PUE yang lebih rendah dengan lebih mudah karena meminimalisir penggunaan pendinginan.

Tantangan dalam Menerapkan Green Data Center di Indonesia

  1. Iklim dan Lingkungan
    Iklim tropis Indonesia dengan kelembaban dan suhu tinggi meningkatkan ketergantungan pada sistem pendingin yang intensif, sehingga sulit mencapai PUE yang lebih rendah.

  1. Sumber Energi
    Sumber energi utama di Indonesia masih dari bahan bakar fosil. Inisiatif untuk menggabungkan energi terbarukan, seperti panel surya, terkendala oleh infrastruktur dan regulasi yang belum memadai. Misalnya, kelebihan energi dari panel surya harus disalurkan kembali ke jaringan listrik, bukan disimpan dalam baterai untuk digunakan nanti.

  1. Teknologi dan Regulasi
    Implementasi teknologi green membutuhkan dukungan teknologi dan regulasi. Seringkali regulasi tidak dapat mengimbangi cepatnya kemajuan teknologi. Contohnya, regulasi saat ini tidak mengizinkan penyimpanan energi surplus dari panel surya, meskipun hal tersebut dapat menghemat energi.

INISIATIF YANG TELAH DILAKUKAN

Meski menghadapi banyak tantangan, ada upaya untuk membuat data center Indonesia lebih hijau, seperti:

  1. Pembuatan Standar dan White Paper
    Organisasi seperti IDPRO mengembangkan white paper dan standar untuk green data center. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan panduan dan langkah-langkah terbaik guna mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi energi di data center.

  1. Peningkatan Teknologi
    Data center di Indonesia secara bertahap mengimplementasikan teknologi yang lebih efisien energi, seperti sistem pendinginan terbaru dan server dengan konsumsi daya rendah. Namun, transisi ini berjalan lambat karena biaya tinggi dan siklus investasi yang panjang terkait infrastruktur data center.


Kesimpulan

Mencapai PUE 1.0 di industri data center Indonesia adalah tantangan besar, namun bukan berarti mustahil. Dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan organisasi terkait, serta peningkatan teknologi dan regulasi yang mendukung, industri data center Indonesia dapat bergerak menuju efisiensi energi yang lebih baik dan mengurangi jejak karbonnya.

Simak pembahasan lengkapnya hanya di Podcast Nusantara Episode 1A

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Nusantara Academy
We Empower The Creation of Digital Ecosystems Through Talent Reskilling and Upskilling Programs for Indonesia